PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK SISTEM
KARDIOVASKULAR (PERKUSI)
PERKUSI
Pemeriksaan
fisik diagnostik sitem kardiovaskular salah satunya adalah perkusi, perkusi adalah teknik pemeriksaan fisik dengan cara
mengetuk permukaan dada dengan tujuan untuk menentukan batas-batas
jantung. Pada penderita emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas
jantung. Selain perkusi batas-batas jantung
juga
harus di perkusi pembuluh darah besar di bagian basal jantung. Pada
keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium
sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar,
kemungkinan akibat aneurisma aorta(Delp
and Meaning, 1966. Major Diagnostik Fisik, ECG, Jakarta).
Tekhnik
:
Letakkan
falangs terakhir dan sebagian falangs kedua jari tengah tangan kiri pada tempat
yang hendak diperkusi. Ujung jari tengah tangan kanan diketukkan pada jari kiri
tersebut. Gerakan bersumbu pada pergelangan lengan. Selesai tiap ketukkan, jari
kanan harus diangkat kembali. Sebaiknya klien diperiksa pada posisi
duduk/berdiri.
Perkusi
dapat digunakan untuk menentukan keadaan dan batas paru :
1. Agak
menggendang = subtimpani: dung-dung-dung
a. Rongga
pleura mengandung udara sedang jaringan paru terdorong ke arah hilus
b. Batas
atas penimbunan cairan dalam pleura .
2. Lebih
resonan tetapi belum subtimpani = hiperresonan
a. Deng-deng-deng.
Misalnya inspirasi dalam (normal), emfisema, dan pneumothoraks ringan.
3. Kurang
resonan
a. Deg-deg-
paru kurang udara, misalnya: fibrosis, infiltrat, dan pleura menebal
4. Redup
a. Bleg-bleg-bleg
paru-paru padat (konsolidasi) misalnya, infiltrat atau fibrosis berat serta
edema paru (paru tertimbun air).
5. Pekak
a. Seperti
suara perkusi pada paha, misalnya: tumor rongga pleura penuh cairan/nanah,
tumor dipermukaan paru, fibrosis paru, dan penebalan pleura.
Batas
paru dilakukan perkusi pada atas fossa supraklavikularis kanan- kiri dan bagian
bawah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Iga
ke-6/midklavikularis: iga ke-8 garis midaksilaris: iga ke-10 garis skapularis.
Paru lebih kiri daripada kanan
2. Batas
meningkat pada anak, misalnya fibrosis konsolidasi, efusi pleura dan
acites/tumor intra abdomen
3. Batas
menurun pada orang tua, emphisema dan pneumothoraks. Keadaan paru normal: suara
resonan: dug-dug-dug.
Kita
menentukan perkusi untuk menetapkan
batas-batas jantung.
1. Batas
kiri jantung
Kita
melakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Perubahan antara bunyi sonor
dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri.
Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang
intercostale V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan
agak diatas batas paru-hepa. Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung. Batas
jantung sebelah kiri yang terletak disebelah cranial iktu, pada ruang costa II
letaknya lebih dekat ke sternum daripada letak iktus kordis ke sternum, kurang
lebih di linea parasternalis kiri. Tempat ini sering disebut dengan pinggang jantung. Sedangkan batas kiri
atas dari jantung adalah ruang interkostal II kiri di linea parasternalis kiri.
2. Batas
kanan jantung
Perkusi
juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit menentukan batas
jantung karena letaknya agak jauh dari dinding depan thorak. Batas kanan bawah
jantung adalah disekitar ruang interkostal III-IV kanan, di line parasternalis
kanan. Sedangkan batas atasnya diruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu
efusi perikardium dan aneurisme aorta. Kita ketahui bahwa pada emphisema daerah
redup mengecil, tapi pada aneurisma aorta daerah redup jantung luas sampai
kesebelah kanan sternum sekitar ruang interkostal II. Suara perkusi pada
sternum pun menjadi redup. Pada efusi perikardium daerah redup jantung meluas
terutama bagian bawahnya sehingga bentuknya menyerupai bentuk jambu.
Daftar Pustaka
Bickley,Lynn
S.(2003). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik Dan
Riwayat Kesehatan BATES. Edisi 8. Jakarta:EGC
Muttaqin,
Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika
Robertson,
Douglas Nicol.(2014).Pemeriksaan Fisik
Klinis.Edisi 13.Singapore: Churchill LivingStone Elsevier
Tidak ada komentar:
Posting Komentar