BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kelenjar
payudara merupakan derivatif sel epitel. Struktur anatomi payudara secara garis
besar tersusun dari jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri
dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous yang
berhubungan dengan glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan
susu, di samping itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh
darah dan limphe node (Hondermarck, 2003; Bergman et al., 1996). Lobulus dan duktus
payudara sangat responsif terhadap estrogen karena sel epitel lobulus dan
duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang menstimulasi pertumbuhan,
diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara, dan mammogenesis (Van De Graaff
and Fox, 1995).
Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar payudara merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi berbagai macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak kelahiran dan terus berlangsung di bawah pengaruh siklus menstruasi dan proses gestasi. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut akan mempengaruhi perubahan morfologi dan metabolismenya. Kerentanan kelenjar payudara terhadap tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan diferensiasi sel payudara (Guyton and Hall, 1996; Kumar, et al., 2000).
Penelitian menunjukkan bahwa sistem endokrin yang mengontrol perkembangan payudara mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara proliferasi, diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan penting dalam proses perkembangan tersebut. Gangguan dalam keseimbangan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya kanker (Kumar et al., 2000). Beberapa faktor endokrin yang berkaitan dengan faktor risiko adalah obesitas, karena dalam keadaan obesitas terdapat peningkatan produksi estrogen jaringan adipase payudara; peningkatan kadar estrogen endogen dalam darah; kadar androstenedion dan testosteron dalam darah yang lebih tinggi dari normal yang bisa diubah menjadi estrogen estron dan kemudian estradiol; peningkatan kadar estrogen dan androgen dalam urin.
Estrogen
merupakan suatu hormon steroid yang memberikan karakteristik seksual pada
wanita, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada
regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau pria. Estrogen
menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus
yang luas, dan deposit lemak pada payudara (Guyton and Hall, 1996). Diduga
paparan yang berlebihan dari estrogen endogen dalam fase kehidupan perempuan
berkontribusi dan mungkin merupakan faktor penyebab terjadinya kanker payudara
(Yager and Davidson, 2006).
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari
penulisan makalah ini adalah diharapkan mampu:
a.
Melakukan
pengkajian pada klien dengan kanker payudara
b.
Menentukan
masalah keperawatan pada klien dengan kanker payudara
c.
Merencanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara
d.
Melaksanakan
rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara
e.
Melaksanakan
evaluasi keperawatan pada klien dengan kanker payudara
f.
Mengidentifikasi
kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g.
Mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/alternatif pemecahan
masalah.
h.
Mendokumentasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
BAB
II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi
Kanker Payudara adalah suatu penyakit
dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari
sel-sel (jaringan) payudara, Hal ini bisa terjadi terhadap wanita maupun pria.
Dari seluruh penjuru dunia, penyakir kanker payudara (Breast Cancer/Carcinoma mammae)
diberitakan sebagai salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian nomer
lima (5) setelah ; kaker paru, kanker rahim, kanker hati dan kanker usus. Selain itu,
kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word
Health Organization (WHO)
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD).
B.
Epidemiologi
Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi.
Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi
pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika,
terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru
pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada
pria (Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua
setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di
Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).
Kanker payudara
merupakan salah satu kanker yang paling sering di temukan di Rumah Sakit Kanker
Dharmais. Sekitar 40% pasien yang pertama kali datang untuk berobatmerupakan
kasus residif, artinya sudah pernah diobati lebih dahulu di tempat lain dan
sebagian tidak dengan optimal. Masalah utama yang masih terlihat dalam
penanganan kanker payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah sebagian besar
pasien datang dengan stadiumlanjut dan tidak sampai 20% kasus yang datang
dengan stadium I dan II (Hukom, 2003). Pnenelitian Arlinda Sari Wahyuni (2002)
mengungkapkan bahwa dari tahun 1993-1996, penderita kanker payudara yang datang
berobat ke RS Kanker Dharmais yang banyak adalah penderita dengan stadium IV:
36 orang (26,3%) dan stadium IIIB:26 orang (19,0%), selebihnya adalah stadium
awal.
C.
Etiologi
Penyakit kanker
payudara terbilang penyakit kanker yang paling umum menyerang kaum wanita,
meski demikian pria pun memiliki kemungkinan mengalami penyakit ini dengan
perbandingan 1 di antara 1000. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa
yang menyebabkan kanker ini terjadi.
Adapun
beberapa faktor kemungkinannya adalah :
Umur lebih
dari 30 tahun (cancer age)
a.
Anak perempuan lahir setelah usia 35 tahun, resikonya 2 kali lebih
besar
b.
Nulipara/tidak kawin
c.
Menarche kurang dari 12 tahun
d.
Menoupause datang terlambat (lebih dari 55 tahun)
e.
Pernah operasi tumor jinak payudara
f.
Mendapat terapi hormonal yang lama (kontrasepsi)
g.
Radiasi dinding daada, 2-3 kali lebih tinggi
h.
Riwayat keluarga, 2-3 kali lebih tinggi
i.
Usia, Penyakit kanker payudara meningkat pada usia remaja ke atas.
D.
Pencegahan
Oleh karena, etiologi kanker payudara
bersifat multifaktorial, usaha pencegahan secra mutlak tentu saja tidak mungkin
dilaksanakan. Dari faktor predisposisi yang bersifat heredofamilial, jelas
tidak dapat dicegah. Bila dalam keluarga da riwayat kanker payudara, maka
pemeriksaan dilakukan pada usia yang lebih muda. Untuk faktor predisposisi yang
lain dan faktor resiko tinggi, dapat diusahan pengarahan pengaturan siklus
hormonal, menghindari atau ,e,perbaiki komposisi menu (rendah lemak) dan
kontrol cermat pada golongan resiko tinggi. Kesadaran kepentingan penderita
mendeteksi/mengontrol kelainan sedini mungkin (fokus kelainan sekecil mungkin)
harus terus-menerus dibangkitkan. SADARI ( periksa payudar sendiri) periodik
(usia 20 tahun setiap sebulan sekali) dengan teknik yang benar merupakan ujung
tombak, untuk masyarakat luas. CBE (Clinical Breast Examination) atau
pemeriksaan payudara oleh tenaga medis yaitu usia 20 tahun minimal setiap 3
tahun dan usia 40 tahun dalam setahun sekali. Pemeriksaan radiologik, untuk
yang lebih rendah kecenderungan telah timbul lesi kanker payudara minimal atau
lesi prakanker. Diantaranya mamografi setiap tahun pada usia 42 tahun.
E.
Patofisiologi
1.
Transformasi
Sel-sel
kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi.
2.
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,
yang bisa berupa bahan kimia,
virus, radiasi
(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
3.
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
F.
Klasifikasi
Berdasarkan
WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif
karsinoma
a
Non-invasif duktal karsinoma
b
Lobular karsinoma in situ
2. Invasif
karsinoma
a. Invasif
duktal karsinoma
1)
Papilobular
karsinoma
2)
Solid-tubular
karsinoma
3)
Scirrhous
karsinoma
4)
Special
types
5)
Mucinous
karsinoma
6)
Medulare
karsinoma
b.
Invasif lobular karsinoma
1)
Adenoid cystic karsinoma
2)
karsinoma sel squamos
3)
karsinoma sel spindel
4)
Apocrin karsinoma
5)
Karsinoma dengan metaplasia
kartilago atau osseus metaplasia
6)
Tubular karsinoma
7)
Sekretori karsinoma
8)
Lainnya
G.
Stadium
Penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas
atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium,
harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen
, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll.
Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut
saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of
Surgeons).
H.
Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau
ukuran tumor ,
"N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan
"M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N,
dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah
operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara,
penilaian TNM sebagai berikut:
·
T (tumor size), ukuran tumor:
o
T 0: tidak ditemukan tumor primer
o
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau
kurang
o
T 2: ukuran tumor diameter antara
2-5 cm
o
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
o
T 4: ukuran tumor berapa saja,
tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya,
dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
·
N (node), kelenjar getah
bening regional (kgb):
o
N 0: tidak terdapat metastasis pada
kgb regional di ketiak/aksilla
o
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla
yang masih dapat digerakkan
o
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla
yang sulit digerakkan
o
N 3: ada metastasis ke kgb di atas
tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna
di dekat tulang sternum
·
M (metastasis), penyebaran
jauh:
o
M x: metastasis jauh belum dapat
dinilai
o
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
o
M 1: terdapat metastasis jauh
Setelah
masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian
digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
·
Stadium 0: T0 N0 M0
·
Stadium 1: T1 N0 M0
·
Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2
N0 M0
·
Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
·
Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2
N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
·
Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4
N2 M0
·
Stadium III C: Tiap T N3 M0
·
Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1
I.
Manifestasi
Klinik
Bagi
anda yang merasakan adanya benjolan aneh disekitar jaringan payudara atau
bahkan salah satu payudara tampak lebih besar, Sebaiknya cepat berkonsultasi
kepada dokter. Benjolan ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, mulai dari
ukuran kecil yang kemudian menjadi besar dan teraba seperti melekat pada kulit.
Beberapa kasus terjadi perubahan kulit payudara sekitar benjolan atau perubahan
pada putingnya.
Saat benjolan mulai
membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat ditekan. Jika dirasakan
nyeri pada payudara dan puting susu yang tidak kunjung hilang, sebaiknya segera
memeriksakan diri kedokter. Puting susu yang mengkerut kedalam, yang tadinya
berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan bahkan adanya oedema
(bengkak) sekitar puting merupakan salah satu tanda kuat adanya kanker
payudara. Hal lain adalah seringnya keluar cairan dari puting susu ketika tidak
lagi menyusui bayi anda.
Diagnosa Penyakit Kanker Payudara
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan cara pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor ganas (kanker).
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan cara pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor ganas (kanker).
Type Penyakit Kanker Payudara
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
Melalui pemeriksaan yang di sebut dengan mammograms, maka type kanker payudara ini dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu :
Kanker payudara non
invasive, kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara
alveolus (kelenjar yang memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa
kedokteran disebut 'ductal carcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantung susu.
Kanker payudara invasive, kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
Kanker payudara invasive, kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
J.
Prognosis
Prognosis berarti kemungkinan
perkembangan penyakit pada masa yang akan datang berdasarkan fakta-fakta
relevan pada kasus tersebut. Semua temuan dari pemeriksaan klinis dan investigasi
dan laporan patologi adalah penting dan harus dipertimbangkan bersama-sama
untuk memutuskan prognosis individu kasus kanker payudara. Stadium klinis merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis
terbaik pada penyakit ini.
Angka
kelangsungan hidup 5 tahun pada kanker payudara yang telah menjalani pengobatan
yang sesuai mendekati 95% untuk
stadium 0, 88% stadium I, 66% stadium
II, 36% stadium III, 7% stadium IV.
K.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Mamografi
Pesawat mamografi mempunyai prinsip
kerja yang sama dengan pesawat sinar X biasa, tujuan utamanya adalah memperoleh
gambaran/bayangan struktur jaringan lunak payudara, oleh karena itu pesawat
mamografi dibuat dengan kilovoltage rendah (20-30 KV) miliampere yang tinggi
(300 mA) dan waktu ekspos yang panjang (5-7detik). Jarak film 30-36 inci dengan
film butiran emulsi yang halus dan berkecepatan tinggi. Tekniknya ialah
kompresi payudara untuk mendapatkan distribusi dosis yang merata pada payudara.
Keterbatasan mamografi adalah ketidaknyaman pasien pada saat kompresi, nyeri,
dan sulit dievaluasi pada dense breast. Indikasi mamografi :
a
Setiap kelainan
benjolan di daerah payudara kemungkinan dapat dibedakan ganas/jinak.
b
Keluhan rasa tidak enak
(tegang/sakit) pada payudara.
c
Adanya pembesaran
kelenjar getah bening aksila.
d
Mempunyai riwayat
resiko keganasan.
e
Pemeriksaan penyaring
(screening) terutama pada wanita berumur di atas 35 tahun atau yang cancer
phobia guna mencari keadaan dini.
f
follow up pasien-pasien
pasca operatif/masektomi dengan kemungkinan kambuh.keganasan payudara yang
kontralateral.
2.
Ultrasonografi
Prinsip kerja USG ialah
pengiriman getaran/gelombang suara berfrekuensi tinggi di luar kemampuan
pendengaran manusia (1,5-7 MHz) ke dalam jaringan trubuh yang berbeda
kepadatannya, maka gelomabng suara yang dipantulkan kembali kan berbeda pula
intensitasnya yang ditangkap alat transducer untuk dikonfirmasi dalam bentuk
gambar sehingga dapat membedakan massa bersifat padat atau kistik. Pemeriksaan
USG dilakukan pemeriksaan awal pada usia , 35 tahun, penuntun biopsi atau
preoperasi, suplemen screening pada dense breast, evaluasi KGB, dan memnedakan
rekuensi dengan ukur. Keterbatasan USG ialah bukan penggangti mamografi untuk
screening, sulit mendeteksi mikroklasifikasi, sulit mengukur respon terapi
terutama tumor ukuran besar, dan sulit evaluasi ada tidaknya ruptur pada pasien
dengan implan.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebagai alat diagnostik
tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi payudara lain
dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi tidak
didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat
kecil.MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan
untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae
yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae
kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari
karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi
neoadjuvan.
4. Biopsi
Fine-needle aspiration
biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis
dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang rendah. Teknik
ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma
mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam
mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat
rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi
yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika
hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan
pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif. Large-needle
(core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum
yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-coreneedle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan
anestesi lokal.
Open biopsy dengan lokal
anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan defintif merupakan
cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy,
ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko
yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open
biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada
biopsy insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan
bila tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan
gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak
tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara
diambil.
L.
Penatalaksanaan
Medis
Penanganan dan
pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari type dan stadium yang
dialami penderita. Umumnya seseorang baru diketahui menderita penyakit kanker
payudara setelah menginjak stadiun lanjut yang cukup parah, hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan
kedokter atas kelainan yang dihadapinya.
1. Pembedahan, Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah tindakan yang tepat. Dokter akan mengangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy). Secara garis besar, ada 3 tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara diantaranya ;
- Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy). Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
- Total Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
- Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2. Radiotherapy (Penyinaran/radiasi), yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Therapy Hormon, Hal ini dikenal sebagai 'Therapy anti-estrogen' yang system kerjanya memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
4. Chemotherapy, Ini merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar kebagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapy adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
5. Pengobatan Herceptin, adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2-positive pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III dan IV dengan penyebaran sel cancernya.
Pencegahan Penyakit
Kanker Payudara
Bagi anda yang merasakan ada hal yang tampak berbeda pada payudara, segeralah memeriksakannya ke dokter jangan sampai terlambat. Misalnya adanya pembesaran sebelah, adanya benjolan disekitar payudara, nyeri terus menerus pada puting susu dan sebagainya seperti pada keterangan tanda dan gejala payudara di atas. Tindakan lain yang bisa anda lakukan adalah Hindari kegemukan, Kurangi makan lemak, Usahakan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C, Jangan terlalu banyak makan makanan yang diasinkan dan diasap, Olahraga secara teratur, dan Check-up payudara sejak usia 30 tahun secara teratur.
Bagi anda yang merasakan ada hal yang tampak berbeda pada payudara, segeralah memeriksakannya ke dokter jangan sampai terlambat. Misalnya adanya pembesaran sebelah, adanya benjolan disekitar payudara, nyeri terus menerus pada puting susu dan sebagainya seperti pada keterangan tanda dan gejala payudara di atas. Tindakan lain yang bisa anda lakukan adalah Hindari kegemukan, Kurangi makan lemak, Usahakan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C, Jangan terlalu banyak makan makanan yang diasinkan dan diasap, Olahraga secara teratur, dan Check-up payudara sejak usia 30 tahun secara teratur.
BAB III
A. Pengkajian
1. Anamesis
Didahului
dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap. Keluhan utama penderita
dapat berupa : massa tumor di payudara, rasa sakit, cairan dari puting susu,
adanya ekzema sekitar areola, keluhan dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya
peau d’orange, keluhan pembesaran KBG aksilla atau tanda metastasis jauh.
Adanya tumor ditentukan sejak beberapa lama, cepat atau tidak membesar,
desertai sakit atau tidak. Biasanya tumor pada proses keganasan atau kanker payudara, mempunyai
ciri dengan batas yang irregular, tumbuh progresif cepat membesar dan jika
sudah lanjut akan ditemukan tanda-tanda yang tercantum dalanm kriteria
operabilitas Haagensen. Pengaruh siklus mensturasi terhadap keluhan tumor dan
perubahan ukuran tumor, kawin atau tidak,
jumlah anak, disusukan atau tidak, riwayat penyakit kanker dalam
keluarga, obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal,
apakah pernah operasi payudara dan obsetri ginekologi, tanda-tanda umum tentang
nafsu makan dan penurunan berat badan.
2. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan payudara
baiknya dilakukan setelah mensturasi labih kurang satu minggu dari hari pertama
mensturasi.Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas ke samping, dan pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi
dilihat, simetri payudara kiri-kanan, kelainan papila, letak dan bentuknya,
adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-tanda radang. Menetapkan
keadaan tumor dengan menetapkan kuadran tumor, ukuran
tumor,konsistensi,batas-batas tumor tegas atau tidak tegas, mobilitas tumor
terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding dada. Pada perabaan ditentukan
besar,konsistensi,jumlah,apakah berfiksasi satu sama lain atau tidak.
3.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
pembantu untuk diagnostik yaitu dengan mamografi dan USG.
B.
Analisa Data
Data
Subjektif : Klien mengatakan ada benjolan pada payudara kiri
sejak 5 bulan yang lalu tanpa disertai rasa nyeri serta
tidak mengalami gangguan saat berakitivitas. Klien mengatakan melahirkan anak
pertama saat umur 19 tahun ,klien tidak menggunakan KB, siklus
mensturasi teratur, dan tidak ada riwayat penyakit kanker
pada keluarga.
Data Objektif : .Payudara tidak simetris, tidak tampak kelainan pada kulit
payudara, tidak ada cairan dari payudara. Pada payudara kiri teraba benjolan dengan 3x2 cm,
konsistensi keras, berbatas tegas dan sulit digerakkan dari jaringan
sekitarnya, dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening sebelah kanan.
Pada payudara kanan tidak teraba benjolan.
C.
Prioritas Masalah
1. Ansietas berhubungan
dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena didiagnosis kanker
payudara dan prognosi atau pengobatan yang tidak pasti.
2. Berduka antisipasi
berhubungan dengan kehilangan kanker payudara seperti hilangnya payudara,
kesehatan, penghasilan, pekerjaan, intimasi, hubungan, dan harapan-harapan
hidup.
3. Perubahan
seksualitas berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/kehilangan gambaran
dan/atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
4. Takut berhubungan
dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau kehilangan
karena pengobatan dan prognosis yang tidak pasti.
5. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kanker payudara dan
pilihan pengobatan.
6. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan kehilangan payudara dan/atau perubahan gambaran masektomi.
D. Perencanaan
1. Ansietas
berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena didiagnosis
kanker payudara dan prognosi atau pengobatan yang tidak pasti.
Tujuan pasien mengungkapkan perasaan tidak menentu,
ketakutan,kuatir, kurang atau tidak bisa tidur, gelisah dan tanda-tanda
ansietas lainnya.
2. Berduka
antisipasi berhubungan dengan kehilangan kanker payudara seperti hilangnya
payudara, kesehatan, penghasilan, pekerjaan, intimasi, hubungan, dan
harapan-harapan hidup.
Tujuan pasien mengeluh atau mengungkapkan ekspresi dan/atau
kesedihan atau kehilangan atau kekuatiran berlebihan terhadap kehilngan
pekerjaan, penghasilan, atau hidup.
3. Perubahan
seksualitas berhubungan dengan dampak kehilangan payudara/kehilangan gambaran
dan/atau proses penyakit terhadap hubungan seksual.
Tujuan pasien mengatakan adanya perubahan pada pola seksualitas atau
hubungan seksual berkaitan dengan dampak kehilangan payudara atau gambaran yang
kurang baik pada payudara.
4. Takut
berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau
kehilangan karena pengobatan dan prognosis yang tidak pasti.
Tujuan tidak memenuhi kebutuhan dasar, keletihan, mengeluh tidak
mampu mengatasi dan/atau takut.
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kanker payudara
dan pilihan pengobatan.
Tujuan pasien bertanya
tentang kanker payudara dan/atau pengobatannya.
Kriteria Hasil : pasien
dapat berperan serta dalam mengambil keputusan tentang pengobatan kanker
payudara
Tindakan : Penyuluhan
proses penyakit untuk membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan
dengan proses penyakit yang spesifik.
- Kaji
pengetahuan pasien/keluarga mengenai kanker payudara dan anjuran pengobatannya.
- Jelaskan
patofisiologi dari kanker payudara sesuai kebutuhan
- Hindari
pemberian janji-janji yang tidak mungkin
- Berikan
informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai.
- Diskusikan
mengenai pilihan terapi seperti masektomi segmental atau radikal yang
dimodifikasi seperti biopsi
- Tingkatkan
diskusi mengenai persoalan-persoalan dengan memberitahukan dokter sesuai dengan
kebutuhan.
- Beritahu
pasien.keluarga mengenai sumber-sumber dukungan masyarakat yang ada untuk
wanita dengan kanker payudara
- Berikan
bahan tulisan mengenai organisasi komunitas, kanker payudara, dan pengobatan.
- Ajarkan
pentingnya melakuakn sarari pada payudar ayng masih ada.\
- Ajarkan
pentingnya mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditentukan dan prosedur
evaluasi secara rutin.
6. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan kehilangan payudara dan/atau perubahan gambaran
masektomi.
Tujuan pasien
mengungkapkan masalahnya tentang kehilangan payudara atau bentuk payudara yang
buruk karena pembedahan dan/atau terapi radiasi.
Kriteria Hasil : pasien
mampu mengatasi kehilngan payuadaranya.
Tindakan
:
a
Anjurkan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa kanker payudara, pengobatnnya, dan
dampak yang diharapkan atas gaya hidup.
b
Evaluasi perasaan
pasien mengenai kehilngan payudara pada identitas seksual,hubungan dan citra
tubuhnya.
c
Bantu pasien untuk
memisahkan penampilan fisik dari perasaan makna diri.
d
Berikan kesempatan
pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan/perubahan bentuk payudara dan
untuk mengatasi kehilngan tersebut.
e
Izinkan pasien untuk
mengungkapkan emosi negatifnya seperti marah dan bersalah.
f
Pantau kemampuan pasien
untuk melihat/mengenal payudara yang sakit.
g
Anjurkan komunikasi
terbuka antara pasien dan keluarga ats kehilangan/perubahan payudara dan damapk
penyakitnya.
h
Diskusikan mengenai
proses payudara jika perlu
i
Diskusikan pilihan
mungkin terhadap rekonstruksi jika perlu.
j
Anjurkan mengunjungi
orang yang telah mempunyai masalah yang sama dengan kemampuan koping yang baik.
k
Beritahu sumber-sumber
yang ada di komunitas seperti pusat rehabilitasi, untuk wanita dengan kanker
payudara.
l
Berikan bahan rujukan
tertulis mengenai organisasi di masyarakat, kanker payudara, dan pengobatannya.
m
Ajarkan pasien tentang
kemungkinan sensasi fantom payudara setalah masektomi (nyeri atau sensasi dalam
payudara yang sudah tidaka ada lagi)
E. Evaluasi
1..Klien menyataka sdah memahami penyakitnya.
2.
Klien mengnngkapkan ekspresi dan pikirannya
3.
Klien mamp mengnkapkan perasaannya.
4. Klien mamp Pasien mendemontrasikan kemampuan untuk
mengatasi
kalainan
penurunan fungsi seksual dan reproduksi.
5.
Kurang
pengetahuan terdiri dari ;
a
Mampu mengidentifikasi
jenis kanker payudara dan rasional pengobatannya.
b
Menjelaskan
kemungkinana efek samping dari pengobatan dan tindakan-tindakan perawatan diri.
c
Mampu mengidentifikasi
wajtu secara tepat untuk memberitahu melakukan evaluasi.
d
Mendemonstrasikan
sarari secara tepat.
6.Gangguan citra tubuh terdiri dari :
a
Mengidentifikasi
sumber-sumber di komunitas
yang potensial untuk memenuhi kebutuhan akan pengobatan kanker payudara dan
dukungan hidup.
b
Mendiskusikan pilihan
kosmetik payudara sementara atau permanen.
BAB IV
PENATALAKSANAAN KASUS
ASUHAH KEPERAWATAN PRE OP & POST OP EKSISI + VC
DIRUANG MELATI/ KELAS II RS. KANKER DHARMAIS
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Pasien
Nama :
Ny. S
No.RM :
147212
Umur :
54 Tahun
Alamat :
Jalan gang seratus no 43 B Rt 05/01 Tanjurat,
jagakarsa.
RESUME ????????
Genogram
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Menikah
: Tinggal serumah
:
Meninggal
: klien
i.
Anamesis/ Keluhan Utama
Klien
mengatakan ada benjolan pada payudara kiri
sejak 5 bulan yang lalu tanpa
disertai rasa nyeri serta tidak mengalami gangguan saat berakitivitas. Klien
mengatakan melahirkan anak pertama saat umur 19 tahun .
Pemeriksaan fisik :
kesadaran compos mentis, gizi ckp, tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20
kali/menit, nadi 92 kali/menit, suhu 36,5 C, konjungtiva merah muda
KGB (aksila/supraklavikula/infraklavikula) tidak teraba, turgor baik, thoraks, bentuk dan gerak simetris, paru simetris, ekspansi baik, fremitus kanan kiri baik, vesikuler. bunyi jantung murni reguler, abdomen datar, supel, timpani, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+).
KGB (aksila/supraklavikula/infraklavikula) tidak teraba, turgor baik, thoraks, bentuk dan gerak simetris, paru simetris, ekspansi baik, fremitus kanan kiri baik, vesikuler. bunyi jantung murni reguler, abdomen datar, supel, timpani, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+).
Pemeriksaan pada mammae
sinistra meliputi puting
susu (+), tumor (+), ulserasi (+),
darah (-), pus (-),
batas reguler,
ii.
Pemeriksaan Penunjang tgl 17 Desember 2012
1. BONE SCAN : telah dilakukan pemeriksaan Bone Scan TC
–99m MDP tidak tampak aktivitas patologis pada seluruh skeletal.
Kesan : Tak tampak kelainan pada Bone scan
2.
SG Abdomen :
Hepar besar bentuk dalam batas normal, permukaan rata, tak tampak sol/ lesi
fokal, strktur vaskuler dan bilier intrahepatik tak melebar, kandung empedu,
lien, dan pancreas tak tampak kelainan. Kedua ginjal besar bentuk dalam batas
normal. Pelviokalis tak melebar, aorta dan para aorta tak tampak kelainan.
Kesan : Tak tampak kelaianan pada organ intra
abdominal. LAB
DARAAAAAAH??????? PENGKAJIAN PERSISTEM?????????? OBAT!!!
B.
Analisa
Data
Data
Subjektif : Klien mengatakan ada benjolan pada payudara kanan sejak 5 bulan yang lalu tanpa
disertai rasa nyeri serta tidak mengalami gangguan saat berakitivitas. Klien
mengatakan melahirkan anak pertama saat umur 19 tahun ,
Data Objektif :
.Payudara simetris, tidak tampak kelainan pada kulit payudara, tidak ada cairan
dari payudara. Pada payudara kiri
kuadran superolateral
teraba benjolan dengan ukuran 3x2 konsistensi keras,
berbatas tegas dan sulit digerakkan dari jaringan sekitarnya, dan tidak teraba
pembesaran kelenjar getah bening sebelah kanan. Pada payudara kanan tidak teraba benjolan.
C.
Prioritas
Masalah
Pre
OP :
1.Cemas
berhubungan dengan diagnosis kanker payudara, perubahan gambaran payudara atau
kehilangan karena pengobatan dan prognosis yang tidak pasti.
Post
OP :
1.
Nyeri
berhubungan dengan adanya luka post op eksisi + vc
2.
Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif.
D.
Perencanaan
1. Tindakan
: Penyuluhan proses penyakit untuk membantu pasien untuk memahami informasi
yang berhubungan dengan proses penyakit yang spesifik.
a
Kaji pengetahuan
pasien/keluarga mengenai kanker payudara dan anjuran pengobatannya.
b
Jelaskan patofisiologi
dari kanker payudara sesuai kebutuhan
c
Hindari pemberian
janji-janji yang tidak mungkin
d
Berikan informasi
tentang pilihan pengobatan yang sesuai.
e
Diskusikan mengenai
pilihan terapi seperti masektomi segmental atau radikal yang dimodifikasi
seperti biopsi
f
Beritahu pasien atau keluarga mengenai
sumber-sumber dukungan masyarakat yang ada untuk wanita dengan kanker payudara.
g
Ajarkan pentingnya
melakukan sadari pada payudara yang masih ada.
h
Ajarkan pentingnya
mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditentukan dan prosedur evaluasi secara
rutin.
i
Berikan motivasi
kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya saat ini.
E. Evaluasi
1. Cemas
a
Mampu mengidentifikasi
jenis kanker payudara dan rasional pengobatannya.
b
Menjelaskan
kemungkinana efek samping dari pengobatan dan tindakan-tindakan perawatan diri.
c
Mampu mengidentifikasi
waktu secara tepat dengan memberitahu melalui evaluasi.
F.
Persiapan Pasien
Pulang
1. Mengidentifikasi
sumber-sumber di komunitas
yang potensial untuk memenuhi kebutuhan akan pengobatan kanker payudara dan
dukungan hidup.
BAB V
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kanker
Payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau
perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara.Hal ini bisa terjadi
terhadap wanita maupun pria. Adapn
diagnose yang sering dijumpai pada penderita dengan kanker payudara meliputi kecemasan, kurang pengetahuan, nyeri, dan gangguan citra tubuh.
2.
Saran
Saran yang akan penulis berikan berdasarkan masalah
yang penulis temukan guna memperbaiki dan mempertahankan serta meningkatkan
mutu kualitas asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yakni memperluas
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan memanfaatkan waktu
lebih maksimal dalam praktek lapangan sehingga memperoleh pengalaman yang lebih
luas untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan,lebih membina kerjasama
dan komunikasi dengan perawat ruangan dan tim profesional kesehatan lain, meningkatkan dan
membina trust kepada klien maupun keluarga dalam mengimplementasikan asuhan
keperawatannya, dan memperluas
pengetahuan mengenai cara pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar